Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

AMANAH (AKH-006 Bagian 1)


📚 AMANAH Sebagai Salah Satu CABANG dari INDUK Akhlak Mulia “MENGAKUI KEBENARAN, MENCINTAI DAN MENDAHULUKANNYA”

✅ Anak kandung ketiga dari induk akhlak “Mengakui Kebenaran, Mencintai & Mendahulukannya” adalah amanah.

📌 Arti Amanah
(تعريف الأمانة)

الأمانة هي كل حق لزمك أداؤه وحفظه

✅ Amanah adalah semua hak yang wajib Anda tunaikan dan jaga. (Faidh Al-Qadir, Al-Munawi, 1/288).

✅ Amanah adalah salah satu cabang dari induk akhlak “mencintai dan mendahulukan kebenaran”. Ia adalah lawan dari khianat. Dari sisi kejiwaan, amanah adalah karakter yang kokoh dalam jiwa, yang dengannya manusia menjaga dirinya dari segala yang bukan haknya meskipun situasi mendukungnya untuk melanggarnya tanpa ada orang lain yang mencelanya. Dengan amanah ini, ia juga akan menunaikan hak pihak lain yang ada padanya, meskipun ia bisa memakannya tanpa ada orang lain yang akan mencelanya. Amanah dapat mencakup beberapa hal: iffah (menjaga diri) dari yang bukan haknya, menunaikan hak orang lain yang ada padanya, dan perhatian serta penjagaan terhadap titipan orang lain berbentuk apapun, tanpa sikap abai atau lalai. (Al-Akhlaq Al-Islamiyyah wa Ususuha, Abdurrahman Al-Maidani, hlm 645).

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (QS. Al-Ahzab: 72).

✅ Setelah menjelaskan berbagai tafsir para ulama tentang amanah pada ayat tersebut, Ibnu Katsir rahimahullah menyimpulkan:

وكل هذه الأقوال لا تنافي بينها، بل هي متفقة وراجعة إلى أنها التكليف، وقبول الأوامر والنواهي بشرطها، وهو أنه إن قام بذلك أثيب، وإن تركها عوقب، فقبلها الإنسان على ضعفه وجهله وظلمه، إلا من وفق الله، وبالله المستعان. 

Semua pendapat ini tidaklah saling menafikan, bahkan bersesuaian dan bersumber pada satu muara bahwa ia (amanah) adalah taklif (pembebanan untuk taat), dan menerima berbagai perintah dan larangan dengan syarat-syaratnya, dan siapa yang melaksanakan hal itu akan diberi pahala, dan jika meninggalkannya akan dihukum, maka manusia menerimanya di atas kelemahan, kejahilan dan kezalimannya, kecuali yang mendapat taufik dari Allah, dan hanya denganNya pertolongan dimohonkan. (Tafsir Ibnu Katsir, 6/489).

📌 Beberapa Keutamaan Amanah
(مِن فضائلِ الأمانةِ)

📒 Amanah adalah Salah Satu Jalan Menuju Kesuksesan
(الأمانةُ سبيلٌ إلى الفلاحِ)

✅ Saat menyebutkan bahwa orang-orang beriman pastilah sukses atau beruntung, Al-Qur’an menjelaskan ciri-ciri mereka, diantaranya:

وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ

Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya. (QS. Al-Mu’minun: 8).

📒 Amanah adalah Akhlak Para Nabi dan Rasul alaihimussalam
(الأمانة من أخلاق الأنبياء والرسل)

✅ Amanah adalah salah satu akhlak terbaik, seperti juga shidiq, karena ia adalah akhlak orang-orang terbaik pilihan Allah yakni para Nabi dan Rasul alaihimussalam. Nabi Nuh, Hud, Shalih, Luth, Syuaib, dan Musa alaihimussalam, semuanya Allah perintahkan untuk menyatakan kepada kaum mereka:

إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ

Sesungguhnya aku adalah seorang rasul yang amanah (tepercaya) (yang diutus) kepadamu. (QS. Asy-Syu’ara: 107, 125, 143, 162, 178 & Ad-Dukhan: 18).

✅ Abu Sufyan radhiyallahu ‘anhu mengabarkan kepada Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma saat Abu Sufyan belum masuk Islam ketika bertemu Heraklius, Kaisar Romawi Timur, dimana Kaisar bertanya kepadanya tentang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:

قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبُو سُفْيَانَ، أَنَّ هِرَقْلَ قَالَ لَهُ: سَأَلْتُكَ مَاذَا يَأْمُرُكُمْ؟ فَزَعَمْتَ: «أَنَّهُ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ، وَالصِّدْقِ، وَالعَفَافِ، وَالوَفَاءِ بِالعَهْدِ، وَأَدَاءِ الأَمَانَةِ»، قَالَ: وَهَذِهِ صِفَةُ نَبِيٍّ

Ia (Ibnu ‘Abbas) berkata: “Abu Sufyan telah mengabarkan kepadaku bahwa Heraklius berkata kepadanya: “Aku telah bertanya kepadamu tentang apa yang dia (Muhammad) perintahkan kepada kalian, lalu engkau mengakui bahwa sesungguhnya ia menyuruh kalian shalat, berlaku shidiq, ‘iffah (jaga kehormatan), setia dengan janji, dan menunaikan amanah.” Heraklius berkata: “Dan ini (memang) sifat seorang Nabi”.” (HR. Al-Bukhari No. 2681).

✅ Heraklius telah mengetahui kebenaran Nabi Muhammad dan ajaran Islam, namun kekhawatirannya akan kehilangan jabatan dan dimusuhi rakyatnya menghalanginya dari masuk Islam:

.. فإن هرقل عرف الحق وهمّ بالدخول في الإسلام فلم يطاوعه قومه وخافهم على نفسه فاختار الكفر على الإسلام بعد ما تبين له الهدى

Sesungguhnya Heraklius telah mengetahui kebenaran dan berkeinginan masuk Islam tapi kaumnya tak kan merelakannya dan ia takut kepada mereka terkait (jabatan) dirinya, maka ia lebih memilih kekafiran daripada Islam setelah jelas baginya petunjuk (Allah).. (Hidayah Al-Hayara fi Ajwibah Al-Yahud wa An-Nashara, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, hlm 245).

✅ Heraklius telah kehilangan induk akhlak mulia, yakni mencintai kebenaran dan mendahulukannya dari apapun, sehingga ia tidak jujur dan amanah terhadap dirinya sendiri dan terhadap pengetahuannya tentang kebenaran.

📒 Amanah adalah Bukti Keimanan
(الأمانةُ علامةُ الإيمانِ)

✅ Sebagaimana amanah adalah sifat yang lazim pada diri Nabi dan Rasul alaihimussalam, ia juga merupakan akhlak yang melekat di dalam sanubari setiap mukmin. 

✅ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الْمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ الْخَطَايَا وَالذُّنُوبَ

Mukmin adalah orang yang dipercayai oleh masyarakat (amanah) tentang harta dan jiwa mereka (merasa aman), dan muhajir adalah siapa yang berhijrah dari kesalahan dan dosa-dosa. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dll – dinyatakan isnadnya shahih oleh Syu’aib Al-Arnauth).

لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ، وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ

Tak ada iman bagi yang tak punya (sama sekali) amanah, dan tak beragama siapa yang tak (memegang) janji sama sekali. (HR. Ahmad – Al-Baghawi menyatakannya hadits hasan dalam Syarh As-Sunnah 1/75).

📒 Disia-siakannya Amanah adalah Tanda Kehancuran Dunia 
(إضاعةُ الأمانةِ علامةُ الساعةِ )

«فَإِذَا ضُيِّعَتِ الأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ»، قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: «إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ»

“Jika amanah telah disia-siakan, maka tunggulah saat (kehancuran)”. Sahabat bertanya: “Bagaimana disia-siakannya?” Beliau bersabda: “Bila urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah saat (kehancuran)”. (HR. Al-Bukhari).

Posting Komentar untuk "AMANAH (AKH-006 Bagian 1)"