Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

DIANTARA INDUK AKHLAK MULIA ADALAH MENGAKUI KEBENARAN, MENCINTAI DAN MENDAHULUKANNYA (AKH-003)


منَ الأُصُولِ الأَخْلَاقِيَّةِ الاعْتِرافُ بِالحَقِّ وَ حُبُّهُ وَإِيْثَارُهُ

📌  Dapat dipastikan bahwa mengakui kebenaran, mencintai dan mendahulukannya merupakan induk akhlak mulia. Sebaliknya, pengingkaran seseorang terhadap kebenaran dan tidak tunduk kepadanya - setelah jelas bukti-buktinya di hadapan orang itu bahwa ia adalah kebenaran - merupakan penyelewengan akhlak yang teramat nyata.

✅  Jika kita meminjamkan sejumlah uang kepada seseorang, tetapi kemudian ia menyangkalnya, maka kita dapat mengatakan bahwa dalam hal ini ia telah memakan harta orang lain dengan cara yang batil, dan mengingkari fakta kebenaran bahwa ia telah meminjam, padahal ia sadar bahwa ia meminjam. Dengan demikian ia telah kehilangan induk akhlak yang utama.

✅  Lebih parah penyimpangan akhlaknya, orang yang mengingkari kebenaran dan kebaikan kedua orang tuanya dan tidak menunaikan kewajibannya kepada mereka.

✅  Lebih hina lagi orang yang mengingkari kebenaran risalah para nabi dan rasul alaihimussalam yang begitu nyata bukti-bukti kebenarannya.

✅  Lebih parah dan lebih hina lagi orang yang mengingkari kebenaran wujud Allah, mengingkari bahwa Allah sebagai Pencipta, Pemberi rizki, Yang Menghidupkan dan Mematikan, padahal Dia telah membentangkan bukti-bukti semua itu di seluruh penjuru alam semesta. Pengingkaran terhadap kebenaran wujud Allah, kesempurnaan-Nya dan anugrah-Nya adalah penyimpangan akhlak yang paling buruk, karena ia adalah pengingkaran terhadap hakikat kebenaran terbesar dan pengingkaran terhadap Pemberi nikmat kehidupan, nikmat akal, nikmat kehendak dan lain sebagainya.

✅  Fir’aun dan para elit di sekelilingnya adalah contoh figur kebobrokan akhlak yang amat rendah, karena mereka mengingkari kebenaran risalah Nabi Musa alaihissalam meskipun hati mereka telah meyakini kebenarannya, disebabkan oleh kezaliman dan kesombongan yang bersemayam di hati mereka.

فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ آيَاتُنَا مُبْصِرَةً قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ

Maka tatkala ayat-ayat Kami (mukjizat) yang jelas itu sampai kepada mereka, berkatalah mereka: "Ini adalah sihir yang nyata." Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. An-Naml: 13-14).

Karena Fir’aun memiliki karakter berani menyangkal kebenaran yang telah jelas baginya, maka tidak mengherankan jika Fir’aun melakukan berbagai kebijakan dan tindakan kebiadaban terhadap ummat manusia yang dianggap tidak berpihak kepadanya tanpa peduli dengan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan, karena ia telah kehilangan induk akhlak itu sendiri.

📌  Allah ta’ala juga menjelaskan bahwa orang yang mengingkari ayat-ayat-Nya adalah para pengkhianat dan penyangkal kebaikan, sebuah predikat bagi kerusakan akhlak yang sangat parah.

وَإِذَا غَشِيَهُمْ مَوْجٌ كَالظُّلَلِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ فَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا كُلُّ خَتَّارٍ كَفُورٍ 

Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka adalah “muqtashid”. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain “khattar” lagi “kafur”. (QS. Luqman: 31-32).

✅  Berkata Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah dalam menjelaskan makna “muqtashid”, “khattar” dan “kafur” pada ayat di atas:
 
فَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ فِي قَوْلِهِ وَإِقْرَارِهِ بِرَبِّهِ، وَهُوَ مَعَ ذَلِكَ مُضْمِرُ الكُفْرِ بِهِ..
وَمَا يَكْفُرُ بِأَدِلَّتِنَا وُحَجَجِنَا إِلَّا كُلُّ غَدَّارٍ بِعَهْدِهِ، وَالْخَترُ عِنْدَ الْعَرَبِ: أَقْبَحُ الْغَدْرِ.
وَقَوْلُهُ: (كَفُورٍ) يَعْنِي: جَحُودًا لِلنِّعَمِ، غَيْرَ شَاكِرٍ مَا أُسْدِيَ إِلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ.

Dan diantara mereka ada yang “muqtashid” yaitu tepat atau benar dalam ucapan dan pengakuan akan Rabb-nya (hatinya mengakui nikmat telah diselamatkan Allah), namun di samping itu menyimpan pengingkaran kepada-Nya (dalam sikap dan perbuatan setelah itu).
Dan tidak ada yang mengingkari berbagai dalil (tanda kebenaran) dan hujjah (argumentasi) Kami selain “khattar” yaitu si pengkhianat terhadap janjinya. Kata khattar diungkapkan oleh orang Arab untuk pengkhianatan paling keji. 
Dan firman-Nya: “kafur” maksudnya penyangkal segala nikmat, tidak berterima kasih atas nikmat yang diberikan kepadanya. (Tafsir Ath-Thabari, 20/156-157).

Tentu saja ini merupakan kerendahan akhlak yang sangat hina karena ia telah berjanji kepada Allah akan bertauhid dan beramal shalih jika diselamatkan dari bahaya tenggelam. Yang mereka khianati adalah janji kepada Allah, juga yang mereka ingkari dan lupakan adalah nikmat Allah, dan pengkhianatan serta pengingkaran ini mereka lakukan segera setelah mereka diselamatkan oleh Allah.

📌  Buah dari Induk Akhlak “Mengakui, Mencintai dan Mendahulukan Kebenaran”

✅  Induk akhlak ini akan melahirkan akhlak yang lain diantaranya kejujuran, keadilan, komitmen dengan kesepakatan atau janji, dan amanah.
✅  Sebaliknya kehilangan induk akhlak yang baik ini akan melahirkan berbagai akhlak yang buruk, diantaranya dusta, kezaliman, khianat, dan hati yang kesat membatu. 
✅  Sebab kehilangan sifat terpuji ini diantaranya adalah ego diri yang berlebihan, dominasi nafsu dan syahwat, dan kebencian tanpa alasan kepada orang lain.

📌  Iman adalah Pengakuan terhadap Kebenaran Teragung

Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya adalah pengakuan terhadap kebenaran teragung di alam semesta, dan mencintai keimanan adalah langkah awal untuk mencintai kebenaran. 
Islam mengajarkan bahwa akhlak tak dapat dipisahkan dari iman dan aqidah yang dibawa oleh para nabi dan rasul alaihimussalam, karena iman adalah pengakuan terhadap kebenaran terbesar di dunia ini. Oleh karenanya, surat Al-Hujurat yang merupakan surat adab dan akhlak, berbicara tentang cinta kepada iman sebagai asas dari lurusnya akhlak.

..وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ . فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

.. tetapi Allah menjadikan kamu "cinta" kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan, mereka itulah orang-orang yang lurus. Sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Hujurat: 7-8).

Mencintai keimanan sebagai kebenaran teragung akan melahirkan sikap mendahulukan kebenaran meskipun hal itu bertentangan dengan hawa nafsu berbentuk kekufuran (menyangkal kebenaran iman), kefasikan dan kemaksiatan.

📌 Orang-orang yang mengetahui kebenaran lalu menerima dan mencintai kebenaran, serta mendahulukan kebenaran itu dari pada mengikuti hawa nafsu mereka, maka mereka akan menerima seluruh petunjuk yang datang dari Islam.

📌  Sedangkan orang-orang yang telah tahu kebenaran Islam, namun mereka tetap kafir, mereka membenci kebenaran karena bertentangan dengan keinginan hawa nafsu mereka, maka mereka menolak Islam dan mengikuti setan yang mengajak mereka memperturutkan hawa nafsu dan kebobrokan akhlak. Firman Allah tentang kaum Tsamud:

وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى فَأَخَذَتْهُمْ صَاعِقَةُ الْعَذَابِ الْهُونِ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk (cahaya kebenaran), maka mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Fushilat: 17)

📌 Karena mereka membenci kebenaran, maka mereka tidak suka pula kepada para penyeru kebenaran dan semua orang yang menasehati mereka agar mengikuti kebenaran.

وَقَالَ يَاقَوْمِ لَقَدْ أَبْلَغْتُكُمْ رِسَالَةَ رَبِّي وَنَصَحْتُ لَكُمْ وَلَكِنْ لَا تُحِبُّونَ النَّاصِحِينَ

Dan ia (Nabi Shalih) berkata: "Hai kaumku sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasehat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasehat." (QS. Al-A’raf: 79).

📌 Dan karena dominasi kebenaran akan menyusahkan mereka dalam memperturutkan hawa nafsu, maka mereka amat membenci tersebarnya kebenaran dan menangnya kebenaran di muka bumi. Oleh karena itu mereka akan berusaha memerangi kebenaran dan para pendukung kebenaran dengan segala cara. Firman Allah tentang pertempuran antara kaum muslimin dan kafir Quraisy di Badar:

وَيُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُحِقَّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ  لِيُحِقَّ الْحَقَّ وَيُبْطِلَ الْبَاطِلَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ

dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memotong hingga akhir kekuatan orang-orang kafir (pada perang Badar). Agar Allah menetapkan yang benar dan membatalkan yang batil, walaupun orang-orang yang berdosa itu tidak menyukainya. (QS. Al-Anfal: 7-8)

Orang-orang kafir dan pecandu dosa membenci tersebarnya kebenaran, karena mereka ingin agar mayoritas manusia tetap berada dalam ketidaktahuan tentang kebenaran agar hawa nafsu yang selama ini mereka lampiaskan tetap mendapatkan dukungan dan pembenaran publik. Jika publik secara luas mengetahui kebenaran, maka dominasi kekuasaan dan kedudukan mereka akan terancam bahaya keruntuhan.

يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ. هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ. يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ..

Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (media) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah.. (QS. At-Taubah: 32-34).

📌 Diantara cara mereka menghalangi manusia dari jalan kebenaran adalah dengan menyembunyikan kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang disebutkan dalam kitab Taurat dan Injil. Dalam hal ini, akhlak mulia berupa kejujuran sudah tidak mereka pedulikan disebabkan oleh hawa nafsu yang menghalangi mereka dari “mengakui kebenaran, mencintai dan mengutamakannya.”

✅  Tentang Nabi Muhammad yang tertulis dalam Taurat dan Injil Allah berfirman:

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma´ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang munkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al-A’raf: 157).

✅  Oleh karena itu, ahlul kitab mengenal kebenaran Nabi Muhammad seperti mengenal anak mereka sendiri, tetapi mereka menyangkal hal ini dan kehilangan akhlak kejujuran dalam mengakui fakta ini lalu berani berdusta atas nama Allah, sebagaimana firman-Nya:

الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمُ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ. وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak mendapat keberuntungan. (QS. Al-An’am: 20-21).

✅  Tentang perbuatan ahlul kitab yang menyembunyikan kebenaran Nabi Muhammad, Allah berfirman:

وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُونَهُ فَنَبَذُوهُ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُونَ

Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (Yahudi & Nasrani) yaitu: "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima. (QS. Ali Imran: 187).

✅  Tidak heran jika masyarakat dunia dan media mainstream - kecuali yang dirahmati Allah - tidak lagi mempedulikan akhlak dan peri kemanusiaan.
Jangan heran jika orang-orang yang anti Tuhan dan pendukung teori evolusi misalnya, menyembunyikan bukti-bukti penciptaan dan kebenaran kekuasaan Allah yang mereka temukan dalam laboratorium penelitian mereka. Dan untuk hal itu mereka bersedia untuk bersepakat dan merekayasa kebohongan.
Jangan heran jika pembantaian nyawa di Palestina, Syria dan tempat-tempat kebiadaban lain tidak diperhatikan oleh mereka dan media mereka, karena yang melakukan pembantaian adalah sekutu mereka yang bertugas membungkam kemerdekaan dan kebenaran di kawasan itu.
Jangan heran, jika kemenangan demokratis sekelompok kaum muslimin yang berjuang membawa aspirasi ummat Islam yang tertindas dengan enteng dikudeta dan diberangus. Yang masih berkuasa terus menerus dirongrong keamanan negaranya, dibesarkan kejelekannya, dan ditutupi keberhasilannya. Karena mereka tidak ingin cahaya Islam menyebar di dunia.
Sebaliknya, jangan heran jika pemimpin kafir yang korup dengan bukti-bukti kuat korupsinya, tak tersentuh oleh hukum, karena ia adalah orang yang harus dilindungi, sebab ia sedang bertugas memadamkan cahaya kebenaran di wilayahnya, atau sedang memuluskan jalan sekutunya yang sedang atau akan menguasai negeri.

كَيْفَ وَإِنْ يَظْهَرُوا عَلَيْكُمْ لَا يَرْقُبُوا فِيكُمْ إِلًّا وَلَا ذِمَّةً يُرْضُونَكُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ وَتَأْبَى قُلُوبُهُمْ وَأَكْثَرُهُمْ فَاسِقُونَ (8) اشْتَرَوْا بِآيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (9) لَا يَرْقُبُونَ فِي مُؤْمِنٍ إِلًّا وَلَا ذِمَّةً وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُعْتَدُونَ (10)

Bagaimana bisa (ada perjanjian dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin), padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Mereka menyenangkan hatimu dengan mulut mereka, sedang hati mereka menolak. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (tidak menepati perjanjian). Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu. Mereka tidak memelihara (hubungan) kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (QS. At-Taubah: 8-10).


Referensi Utama: Al-Akhlaq Al-Islamiyah wa Ususuha, Abdurrahman Hasan Habannakah.

Posting Komentar untuk " DIANTARA INDUK AKHLAK MULIA ADALAH MENGAKUI KEBENARAN, MENCINTAI DAN MENDAHULUKANNYA (AKH-003)"