Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nama-Nama Al-Quran dan Sifat-Sifatnya (UQ-003)


أَسْمَاءُ القُرْآنِ وَأَوْصَافُهُ

📌 Nama-Nama Al-Quran

Allah ta’ala telah menamakan kitab yang diturunkan kepada hamba-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan beberapa nama. 

✅ Berkata Ibnu Juzay rahimahullah dalam kitabnya At-Tashil li ‘Ulum At-Tanzil:

وَأَمَّا أَسْمَاؤُهُ فَهِيَ أَرْبَعَةٌ: اَلْقُرْآنُ، وَالْفُرْقَانُ، وَالْكِتَابُ، وَالذِّكْرُ. وَسَائِرُ مَا يُسَمَّى صِفَاتٌ لَا أَسْمَاءٌ..
Adapun nama-namanya, maka ada empat: Al-Quran, Al-Furqan, Al-Kitab, Adz-Dzikr. Dan semua yang disebutkan (selain 4 nama tersebut) adalah sifat, bukan nama.. (At-Tashil li ‘Ulum At-Tanzil, 1/13).

✅ Jauh sebelumnya, Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah berkata:

إِنَّ اللهَ تَعَالَى ذِكْرُهُ سَمَّى تَنْزِيلَهُ الَّذِي أَنْزَلَهُ عَلَى عَبْدِهِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْمَاءً أَرْبَعَةً..

Sesungguhnya Allah yang Maha Tinggi kemuliaan-Nya telah menamakan kitab yang diturunkan kepada hamba-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan empat nama.. 
Kemudian beliau menyebutkan Al-Quran, Al-Furqan, Al-Kitab, dan Adz-Dzikr beserta ayat-ayat Al-Quran yang menyebutkannya. (Lihat Tafsir Ath-Thabari 1/94).

✅ Pendapat yang sama dikemukakan oleh Al-Mawardi dalam mukadimah tafsirnya An-Nukat wa Al-‘Uyun  1/23.

1. Al-Quran (القرآن)

مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى 

Kami tidak menurunkan Al-Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah. (QS. Thaha: 2).

✅ Nama Al-Quran yang berarti bacaan adalah sebagai isyarat seringnya ia dibaca dan isyarat penjagaannya di dalam dada (hafalan). Ini adalah nama paling populer bagi kaum muslimin sepanjang zaman. Ibnu ‘Asyur rahimahullah berkata:

فَاسْمُ القُرْآنِ هُوَ الاِسْمُ الَّذِي جُعِلَ عَلَمًا عَلَى الوَحْيِ الْمُنَزَّلِ عَلَى مُحَمَّدٍ صلّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ، وَلَمْ يَسْبِقْ أَنْ أُطْلِقَ عَلَى غَيْرِهِ قَبْلَهُ، وَهُوَ أَشْهَرُ أَسْمَائِهِ وَأَكْثَرُهَا وُرُودًا فِي آيَاتِهِ وَأَشْهَرُهَا دَوَرَانًا عَلَى أَلْسِنَةِ السَّلَفِ.

Nama Al-Quran adalah nama yang menjadi lambang untuk wahyu yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan belum pernah menjadi nama selain Al-Quran sebelumnya. Ia adalah nama paling populer dan paling banyak disebutkan pada ayat-ayatnya, paling banyak beredar dalam ucapan para pendahulu. (At-Tahrir wa At-Tanwir, 1/71). 

2. Al-Kitab (الكتاب) 

ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

Al-Kitab (yaitu Al-Quran) itu tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (QS. Al-Baqarah: 2)

✅ Al-Kitab berarti yang menghimpun dan mengumpulkan. As-Suyuthi rahimahullah berkata:

فَأَمَّا تَسْمِيَتُهُ كِتَابًا فَلِجَمْعِهِ أَنْوَاعَ العُلُومِ وَالقَصَصِ وَالأَخْبَارِ عَلَى أَبْلَغِ وَجْهٍ وَالكِتَابُ لُغَةً اَلْجَمْعُ.

Adapun penamaannya dengan nama Al-Kitab karena Al-Quran menghimpun berbagai ilmu, kisah, dan berita dengan cara yang paling baik. Dan Al-Kitab secara bahasa berarti menghimpun. (Al-Itqan fi ‘Ulum Al-Quran, 1/143).

✅ Nama Al-Kitab juga sebagai isyarat penjagaannya melalui tulisan di dalam mushaf (menghimpun huruf, kata, dan kalimatnya dalam mushaf). 

✅ Terkait dengan nama Al-Quran dan Al-Kitab, berkata Muhammad Abdullah Draz rahimahullah dalam kitabnya An-Naba Al-‘Azhim:

رُوعِيَ فِي تَسْمِيَتِهِ قُرْآنًا كَوْنُهُ مُتْلُوًّا بِالأَلْسُنِ، كَمَا رُوعِيَ فِي تَسْمِيَتِهِ كِتَابًا كَوْنُهُ مُدَوَّنًا بِالأَقْلَامِ، فَكِلْتَا التَّسْمِيَتَيْنِ مِنْ تَسْمِيَةِ الشَّيْءِ بِالْمَعْنَى الْوَاقِعِ عَلَيْهِ. وَفِي تَسْمِيَتِهِ بِهَذَيْنِ الاِسْمَيْنِ إِشَارَةٌ إِلَى أَنَّ مِنْ حَقِّهِ الْعِنَايَةَ بِحِفْظِهِ فِي مَوْضُوعَيْنِ لَا فِي مَوْضِعٍ وَاحِدٍ، أَعْنِي أَنَهُ يَجِبُ حِفْظُهُ فِي الصُّدُورِ وَالسُّطُورِ جَمِيعًا، أَنْ تَضِلَّ إِحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا الأُخْرَى، فَلَا ثِقَةَ لَنَا بِحِفْظِ حَافِظٍ حَتَّى يُوَافِقَ الرَّسْمَ الْمُجْمَعَ عَلَيْهِ مِنَ الأَصْحَابِ، الْمَنْقُولَ إِلَيْنَا جِيلًا بَعْدَ جِيلٍ عَلَى هَيْئَتِهِ الَّتِي وُضِعَ عَلَيْهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ. وَلَا ثِقَةَ لَنَا بِكِتَابَةِ كَاتِبٍ حَتَّى يُوَافِقَ مَا هُوَ عِنْدَ الحُفَّاظِ بِالإِسْنَادِ الصَّحِيحِ الْمُتَوَاتِرِ.

Penamaannya dengan Al-Quran memperhatikan keadaannya yang selalu dibaca oleh lidah (orang-orang mukmin), dan penamaannya dengan Al-Kitab memperhatikan keadaannya yang ditulis dengan pena. Maka kedua penamaan ini termasuk penamaan sesuatu dengan realita yang berlaku padanya. Dan pada penamaan dengan kedua nama ini juga terdapat isyarat bahwa diantara hak Al-Quran adalah perhatian kepada penjagaannya dari dua sisi, tidak hanya satu sisi. Maksud saya kewajiban menjaganya di dalam dada (menghafalnya) dan menjaganya dalam tulisan (mushaf) sekaligus, dimana jika salah satu keliru, yang lain mengoreksinya. Bagi kita, belum dapat dipercaya hafalan seorang hafizh sampai hafalannya itu sesuai dengan rasam (tulisan) yang menjadi ijma’ (kesepakatan) para sahabat yang telah diriwayatkan kepada kita dari generasi ke generasi dalam bentuknya seperti yang ditulis pertama kali. Dan bagi kita, tulisan seorang penulis belum dapat dipercaya sebelum tulisannya itu dipastikan sesuai dengan hafalan para huffazh Al-Quran dengan sanad yang shahih dan mutawatir. (An-Naba Al-‘Azhim, hlm 41-42).

3. Adz-Dzikr (الذكر)

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Sesungguhnya Kamilah yang telah menurunkan Adz-Dzikr (Al-Quran), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr: 9).

✅ Makna Adz-Dzikr adalah peringatan dan kemuliaan. Al-Imam Ath-Thabari berkata:

فَإِنَّهُ مُحْتَمِلٌ مَعْنَيَيْنِ: أَحَدَهُماَ أَنَّهُ ذِكْرٌ مِنَ اللهِ جَلَّ ذِكْرُهُ ، ذَكَّرَ بِهِ عِبَادَهُ ، فَعَرَّفَهُمْ فِيهِ حُدُودَهُ وَفَرَائِضَهُ ، وَسَائِرَ مَا أَوْدَعَهُ مِنْ حُكْمِهِ. وَالآخَرَ أَنَّهُ ذِكْرٌ وَشَرَفٌ وَفَخْرٌ لِمَنْ آمَنَ بِهِ وَصَدَّقَ بِمَا فِيهِ،كَمَا قَالَ جَلَّ ثَنَاؤُهُ "وَإِنَّهُ لَذِكْرٌ لَكَ وَلِقَوْمِكَ".

Sesungguhnya ia (Adz-Dzikr) mengandung dua makna: yang pertama bahwa Al-Quran adalah peringatan dari Allah Jalla Dzikruhu, yang dengannya Dia mengingatkan hamba-hamba-Nya, yaitu mengenalkan mereka tentang berbagai batasan-Nya, berbagai kewajiban dari-Nya, dan semua hukum yang telah dicantumkan di dalamnya. Makna lain adalah bahwa Al-Quran merupakan sebutan, kemuliaan dan kebanggaan bagi siapapun yang beriman kepadanya dan membenarkan apa yang terkandung di dalamnya, sebagaimana firman Allah (yang artinya): “Dan sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu.” (QS. Az-Zukhruf: 44). (Tafsir Ath-Thabari, 1/44).
 
4. Al-Furqan (الفرقان)

تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا

Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al-Furqan: 1).

✅ Al-Furqan adalah pembeda. Maksudnya pembeda antara dua hal yang berseberangan, antara kebenaran dan kebatilan dalam aqidah, antara halal dan haram dalam hukum dan seterusnya.

✅ Ibnu Manzhur rahimahullah dalam Lisan Al-‘Arab menyebutkan:

وَكُلُّ مَا فُرِّقَ بِهِ بَيْنَ الحَقِّ وَ البَاطِلِ فَهُوَ فُرْقَانٌ. 

Dan semua yang dengannya dibedakan antara kebenaran dengan kebatilan maka ia adalah furqan. (Lisan Al-‘Arab, 10/302).

✅ Ibnu Al-Atsir rahimahullah berkata:

الفُرْقَانُ مِنْ أَسْمَاءِ القُرْآنِ : أَيْ أَنَّهُ فَارِقٌ بَيْنَ الحَقِّ وَالبَاطِلِ، وَالْحَلَالِ وَالْحَرَامِ.

Al-Furqan termasuk nama Al-Quran, maksudnya bahwa sesungguhnya ia adalah pembeda antara kebenaran dan kebatilan, antara halal dan haram. (An-Nihayah fi Gharib Al-Hadits wa Al-Atsar, 3/439).

✅ Ibnu Jarir Ath-Thabari menjelaskan:

أَنَّ القُرْآنَ سُمِّيَ فُرْقَانًا، لِفَصْلِهِ بِحُجَّتِهِ وَأَدِلَّتِهِ وَحُدُودِهِ وَفَرَائِضِهِ وَسَائِرِ مَعَانِي حُكْمِهِ، بَيْنَ الْمُحِقِّ وَالْمُبْطِلِ، وَفُرْقَانُهُ بَيْنَهُمَا: بِنَصْرِهِ الْمُحِقَّ وَتَخْذِيلِهِ الْمُبْطِلَ، حُكْمًا وَقَضَاءً.

Bahwa Al-Quran dinamakan Al-Furqan karena dengan argumentasi dan dalil-dalilnya, dengan berbagai batasan dan kewajiban di dalamnya, serta semua nilai-nilai hukumnya, ia membedakan antara pihak yang benar dan pihak yang salah, dan pembedaannya antara keduanya adalah dengan pembelaannya terhadap yang benar dan berlepas diri dari yang salah secara hukum maupun ketetapan. (Tafsir Ath-Thabari, 1/44).

📌 Sifat-Sifat Al-Quran (أوصاف القرآن)


✅ Pembatasan empat nama Al-Quran yang telah disebutkan sebelumnya adalah pendapat sebagian ulama, diantaranya Al-Imam Ath-Thabari dan Al-Imam Al-Mawardi rahimahumallah. Menurut mereka, selain empat nama tersebut merupakan sifat-sifat Al-Quran.
Para ulama lain ada yang memasukkan nama lain sebagai nama Al-Quran, seperti At-Tanzil, An-Nur, Al-Huda dan seterusnya. 

✅ Perbedaan pendapat ini bukanlah hal yang prinsipil, tetapi lebih bersifat teoritis saja, karena baik nama maupun sifat Al-Quran keduanya sama-sama menunjukkan keagungan dan mukjizat Al-Quran. Maksudnya, bahwa para ulama yang membatasi nama Al-Quran hanya empat, misalnya, mereka tidak menolak esensi Al-Quran sebagai “nur” (cahaya) dan “tanzil” (kitab yang diturunkan), dan mereka memasukkan keduanya ke dalam sifat Al-Quran, meskipun tidak menganggapnya sebagai nama. 

✅ Perbedaan pendapat ini disebabkan karena dalil yang menyebutkan ungkapan tentang Al-Quran ini - baik dari Al-Quran sendiri maupun Hadits Rasulullah ﷺ atau atsar - tidak secara tegas menyatakan “inilah nama-nama Al-Quran” atau “inilah sifat-sifat Al-Quran”, atau yang semisalnya, sehingga yang terjadi adalah ijtihad masing-masing ulama dalam menentukan mana diantara ungkapan-ungkapan itu sebagai nama, dan mana yang termasuk sifat.

✏️ Sifat-sifat Al-Quran dapat kita bagi menjadi tiga kelompok:

1. Sifat yang menunjukkan hakikat atau esensi Al-Quran (الأوصاف المشيرة إلى حقيقة القرآن)
2. Sifat yang menerangkan keadaan Al-Quran itu sendiri (الأوصاف الذاتية).
3. Sifat yang menerangkan pengaruh Al-Quran atau hubungannya dengan hamba Allah (الأوصاف التأثيرية).

Dalam pembahasan ini, kami hanya menyebutkan beberapa sifat Al-Quran saja dari masing-masing kelompok.

1. الأَوْصَافُ الْمُشِيرَةُ إِلَى حَقِيَقَةِ القُرْآنِ
Sifat yang Menunjukkan Hakikat atau Esensi Al-Quran, diantaranya:

✅ At-Tanzil (التَّنْزِيلُ): yang diturunkan oleh Allah ta’ala.

وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Dan sesungguhnya Al-Quran ini benar-benar “diturunkan” oleh Rabb semesta alam. (QS. Asy-Syu’ara: 192)

✅ Kalamullah (كَلَامُ اللهِ): firman Allah

وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ

Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar “firman Allah”, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. (QS. At-Taubah: 6).

✅ Wahyu (اَلْوَحْيُ)

قُلْ إِنَّمَا أُنذِرُكُمْ بِالْوَحْيِ

Katakanlah (wahai Rasul): "Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu..” (QS. Al-Anbiya: 45).

✅ Al-Qaul (الْقَوْلُ): Perkataan

وَلَقَدْ وَصَّلْنَا لَهُمْ الْقَوْلَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al-Quran) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran. (QS. Al-Qashash: 51).

2. الأَوْصَافُ الذَّاتِيَّةُ
Sifat yang menerangkan keadaan Al-Quran itu sendiri, diantaranya:

✅ Al-Karim (اَلْكَرِيمُ): yang mulia

إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ

Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia. (QS. Al-Waqi’ah: 77)

✅ Al-Majid (اَلْمَجِيدُ): yang agung dan mulia

بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ

Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al-Quran yang agung lagi mulia.

Ibnu Katsir menjelaskan tentang makna “majid”:

أَيْ: عَظِيمٌ كَرِيمٌ

Artinya: agung, mulia (Tafsir Ibnu Katsir, 8/373).

✅ Al-Aziz (اَلْعَزِيزُ): perkasa

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالذِّكْرِ لَمَّا جَاءَهُمْ وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ

Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Adz-Dzikr (Al-Quran) ketika ia datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan rugi dan celaka), dan sesungguhnya Al-Quran itu adalah kitab yang perkasa. (QS. Fushilat: 41).

Ibnu ‘Asyur berkata:

الَّذِي يَغْلِبُ وَلَا يُغْلَبُ، وَكَذَلِكَ حُجَجُ الْقُرْآنِ

Yang mengalahkan dan tak terkalahkan, dan begitulah keadaan hujjah (argumentasi) Al-Quran. (At-Tahrir wa At-Tanwir, 24/308).

✅ Al-‘Aliy Al-Hakim (الْعَلِيُّ الْحَكِيمُ): tinggi, bijaksana

وَإِنَّهُ فِي أُمِّ الْكِتَابِ لَدَيْنَا لَعَلِيٌّ حَكِيمٌ

Dan sesungguhnya Al-Quran itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi dan amat banyak mengandung hikmah.

Dalam tafsir As-Sa’di disebutkan:

{لَعَلِيٌّ حَكِيمٌ} أَيْ: لَعَلِيٌّ فِي قَدْرِهِ وَشَرَفِهِ وَمَحَلِّهِ، حَكِيمٌ فِيمَا يَشْتَمِلُ عَلَيْهِ مِنَ الأَوَامِرِ وَالنَّوَاهِي وَالأَخْبَارِ، فَلَيْسَ فِيهِ حُكْمٌ مُخَالِفٌ لِلْحِكْمَةِ وَالعَدْلِ وَالْمِيْزَانِ.

Tinggi dalam kedudukan, kemuliaan, dan tempatnya; bijaksana dalam perintah, larangan dan informasi yang terkandung di dalamnya, di dalamnya tak ada hukum yang bertentangan dengan kebijaksanaan, keadilan dan timbangan keseimbangan. (Tafsir As-Sa’di, hlm 762).

✅ Ash-Shidq & Al-Adl (الصِّدْقُ وَالعَدْلُ): benar dan adil

وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. (QS. Al-An’am: 115).

أَيْ: صِدْقًا فِي الأَخْبَارِ، وَعَدْلًا فِي الأَمْرِ وَالنَّهْيِ. فَلَا أَصْدَقَ مِنْ أَخْبَارِ اللهِ الَّتِي أَوْدَعَهَا هَذَا الْكِتَابُ العَزِيزُ، وَلَا أَعْدَلَ مِنْ أَوَامِرِهِ وَنَواهِيهِ

Maksudnya: sempurna kebenarannya dalam semua informasinya, dan sempurna keadilannya dalam perintah dan larangannya. Tidak ada yang lebih benar dari pada informasi/kabar yang berasal dari Allah yang terkandung dalam Al-Kitab yang perkasa ini, dan tidak ada yang lebih adil dari pada Al-Quran dalam semua perintah dan larangannya. (Tafsir As-Sa’di, hlm 270).

✅ Al-Mubarak (اَلْمُبَارَكُ): yang diberkahi

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu “penuh dengan berkah” supaya mereka merenungkan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai fikiran mendapat pelajaran. (QS. Shad: 29).

✅ Al-‘Ajab (اَلْعَجَبُ): ajaib, di luar jangkauan makhluk

قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا

Katakanlah (hai Rasul): Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya sekumpulan jin telah mendengarkan (Al-Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Quran yang menakjubkan. (QS. Al-jin: 1).

Al-Maraghi menyebutkan makna “ajab”:

عَجِيْبًا بَدِيعًا مُبَايِنًا لِكَلَامِ النَّاسِ فِي حُسْنِ النَّظْمِ وَدِقَّةِ الْمَعْنَى

Ajaib, unik, berbeda dengan ucapan manusia (makhluk) dalam hal baiknya susunan dan kedalaman makna. (Tafsir Al-Maraghi, 29/39).


3. الأَوْصَافُ التَّأْثِيرِيَّةُ
Sifat yang menerangkan pengaruh Al-Quran atau hubungannya dengan hamba Allah, diantaranya:

✅ Ar-Ruh (الرُّوحُ): Ruh

وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحاً مِنْ أَمْرِنَا

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu “ruh” (Al Quran) dengan perintah Kami. (QS. Asy-Syura: 52)

Disebutkan dalam tafsir Al-Jalalain tentang “ruh” pada ayat tersebut:

هُوَ الْقُرْآن بِهِ تَحْيَا الْقُلُوب 

Dia adalah Al-Quran, dengannya hati menjadi hidup. (Tafsir Al-Jalalain, hlm 646).

Sayyid Quthb rahimahullah berkata:

فِيهِ حَيَاةٌ، يَبُثُّ الحَيَاةَ وَيَدْفَعُهَا وَيُحَرِّكُهَا وَيُنَمِّيهَا فِي القُلُوبِ وَفِي الوَاقِعِ العَمَلِيِّ الْمَشْهُودِ 

Di dalamnya ada kehidupan, Al-Quran menebar kehidupan, mendorongnya, menggerakkan dan menumbuhkannya di dalam hati, dan di dalam realita amal yang dapat disaksikan. (Fi Zhilal Al-Quran, 5/3171).

✅ Al-Huda (الهُدَى): petunjuk

ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 2). 

Ibnu ‘Asyur rahimahullah berkata:

وَالْهُدَى الشَّرْعِيُّ هُوَ الْإِرْشَادُ إِلَى مَا فِيهِ صَلَاحُ الْعَاجِلِ الَّذِي لَا يَنْقُضُ صَلَاحَ الْآجِلِ. وَأَثَرُ هَذَا الْهُدَى هُوَ الِاهْتِدَاءُ فَالْمُتَّقُونَ يَهْتَدُونَ بِهَدْيِهِ وَالْمُعَانِدُونَ لَا يَهْتَدُونَ لِأَنَّهُمْ لَا يَتَدَبَّرُونَ. 

Petunjuk menurut pengertian syariat adalah arahan kepada kebaikan kini yang tidak merusak kebaikan masa depan. Pengaruh dari petunjuk ini adalah keterarahan (keterbimbingan). Orang-orang bertakwa menjadi terbimbing dengan petunjuk Al-Quran sedangkan para pembangkang tidak terbimbing karena mereka tidak merenungkan (tadabbur) Al-Quran. (At-Tahrir wa At-Tanwir, 1/225).

Ayat-ayat yang menjelaskan bahwa Al-Quran adalah petunjuk bagi semua manusia tidak bertentangan dengan ayat-ayat yang menjelaskan bahwa Al-Quran adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa atau beriman. Maksud ungkapan “petunjuk untuk semua manusia” adalah penjelasan tentang kebenaran dan jalan kebenaran bagi seluruh manusia. Sedangkan maksud “petunjuk untuk mereka yang bertakwa” bahwa hanya merekalah yang mau mengikuti petunjuk Al-Quran dan menempuh jalan kebenaran yang telah dijelaskan oleh Al-Quran.

✅ An-Nur (النُّورُ): cahaya

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُبِينًا

Dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-Quran). (QS An-Nisa: 174).

لِأَنَّ بِهِ تَتَبَيَّنُ الأَحْكَامُ كَمَا تَتَبَيَّنُ الأَشْيَاءُ بِالنُّورِ بَعْدَ الظَّلَامِ وَلِأَنَّهُ سَبَبٌ لِوُقُوعِ نُورِ الإِيمَانِ فِي القَلْبِ

Karena dengan Al-Quran-lah hukum-hukum menjadi jelas seperti jelasnya segala sesuatu dengan cahaya setelah sebelumnya gelap, dan karena Al-Quran adalah penyebab adanya cahaya iman di dalam hati. (Tafsir Al-Khazin, 1/454).

✅ Al-Mau’izhah (الْمَوْعِظَةُ): pelajaran, Asy-Syifa (الشِّفَاءُ): penyembuh, Ar-Rahmah (الرَّحْمَةُ): rahmat/kasih sayang.

يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al-Quran) dari Rabbmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman. (QS. Yunus: 57).

إِنَّ الآيَةَ الكَرِيمَةَ أَجْمَلَتْ إِصْلَاحَ القُرْآنِ الكَرِيمِ لِأَنْفُسِ البَشَرِ فِي أَرْبَعَةِ أُمُورٍ:
💡 الْمَوْعِظَةُ الحَسَنَةُ بِالتَّرْغِيبِ وَالتَّرْهِيبِ بِذِكْرِ مَا يَرِقّ لَهُ القَلْبُ فَيَبْعَثَهُ عَلَى الفِعْلِ أَوِ التَّرْكِ.
💡 الشِّفَاءُ لِمَا فِي القُلُوبِ مِنْ أَدْوَاءِ الشِّرْكِ وَالنِّفَاقِ وَسَائِرِ الأَمْرَاضِ الَّتِي يَشْعُرُ مَنْ أَحَبَّهَا بِضِيقِ الصَّدْرِ كَالشَّكِّ فِي الِإيْمَانِ وَالبَغْيِ وَالعُدْوَانِ وَحُبِّ الظُّلْمِ وَبُغْضِ الْحَقِّ وَالْخَيَرِ.
💡 الْهُدَى إِلَى طَرِيقِ الْحَقِّ وَاليَقِينِ وَالْبُعْدُ مِنَ الضَّلَالِ فِي الاِعْتِقَادِ وَالعَمَل.
💡 الرَّحْمَةُ لِلْمُؤْمِنِينَ وَهِيَ مَا تُثْمِرُ لَهُمْ هِدَايَةُ القُرْآنِ وَتَفِيضُهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ، وَمِنْ آثَارِهَا بَذْلُ الْمَعْرُوفِ وَإِغَاثَةُ الْمَلْهُوفِ وَكَفُّ الظُّلْمِ وَمَنْعُ التَّعَدِّي وَالْبَغْيِ.

Sesungguhnya ayat yang mulia ini menjelaskan secara ringkas perbaikan Al-Quran Al-Karim bagi jiwa manusia dalam empat hal:
💡 Mau’izhah hasanah dengan targhib (memotivasi beramal shalih) dan tarhib (menanamkan rasa gentar berbuat dosa) melalui pengingatan terhadap hal-hal yang melembutkan hati sehingga hati terdorong untuk berbuat baik dan meninggalkan yang buruk.
💡 Penyembuh bagi penyakit yang ada di dalam hati berupa kemusyrikan, kemunafikan, dan penyakit-penyakit lain, dimana orang yang mencintai penyakit-penyakit ini akan merasakan kesempitan dada, seperti ragu dengan keimanan yang benar, penentangan dan permusuhan, suka kezaliman serta benci kepada kebenaran dan kebaikan.
💡 Petunjuk kepada jalan yang benar dan yakin, dan jauh dari kesesatan dalam keyakinan maupun amal.
💡 Rahmat bagi orang beriman, yang merupakan buah dari petunjuk Al-Quran yang memenuhi hati mereka. Diantara pengaruhnya (dalam amal mereka) adalah berkontribusi dalam segala kebaikan, menyelamatkan orang yang meminta tolong, menahan diri dan orang lain dari kezaliman, mencegah perbuatan melampaui batas dan permusuhan. (Tafsir Al-Maraghi, 11/122-123).

Posting Komentar untuk "Nama-Nama Al-Quran dan Sifat-Sifatnya (UQ-003)"