Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hakikat Tauhid (A-005)


📚 حَقِيقَةُ التَّوْحِيدِ

تَوْحِيدُ اللهِ تَعَالَى: هُوَ الإِيْمَانُ بِأَنَّ اللهَ وَاحِدٌ لَا شَرِيكَ لَهُ فِي ذَاتِهِ، وَلَا فِي صِفَاتِهِ وَلَا فِي أَفْعَالِهِ فَهُوَ سُبْحَانَهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ وَهُوَ الْمُسْتَحِقُّ لِلْعِبَادَةِ وَحْدَهُ

📕 Tauhidullah ta’ala adalah beriman kepada Allah yang Esa tak ada sekutu bagiNya baik dalam ZatNya, sifatNya maupun perbuatanNya, maka Allah subhanahu wata’ala Dialah Rabbul ‘alamin dan hanya Dialah saja yang berhak untuk diibadahi.

📕 Al-Quran menjelaskan secara rinci hakikat tauhid dimana hal-hal mendasar dan penting yang terkait tauhid pasti dijelaskan oleh ayat-ayatnya, diantaranya:

📌 Mengesakan Allah dalam penciptaan (dari tiada menjadi ada)
(إِفْرَادُ اللهِ تَعَالَى فِي الْخَلْقِ)

✅ Allah ta’ala Dialah satu-satunya Pencipta alam semesta:

اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ

Allah menciptakan segala sesuatu. (QS. Az-Zumar: 62)

أَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ

Apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa". (QS. Ar-Ra’d: 16).

✅ Ibnu ‘Asyur rahimahullah menjelaskan dalam tafsirnya:

إِنْ هُمْ إِلَّا مَخْلُوقَاتٌ لِلَّهِ تَعَالَى، وَأَنَّ اللَّهَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ، وَمَا أُولَئِكَ الْأَصْنَامُ إِلَّا أَشْيَاءُ دَاخِلَةٌ فِي عُمُومِ كُلِّ شَيْءٍ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْمُتَوَحِّدُ بِالْخَلْقِ، الْقَهَّارُ لِكُلِّ شَيْءٍ دُونَهُ ... الْوَاحِدُ بِالْخَلْقِ الْقَهَّارُ لِلْمَوْجُودَاتِ. 

Meraka hanyalah makhluk ciptaan Allah ta’ala, bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu, berhala-berhala itu hanyalah bagian dari “segala sesuatu” itu, bahwa Allah dialah yang Esa (satu-satunya) dalam penciptaan, yang Maha Perkasa atas segala yang ada. (At-Tahrir wa At-Tanwir: 13/116).

✅ Penciptaan membawa kepastian dalam pemberian rizki, menghidupkan, mematikan dan tadbir (pengaturan), sebagaimana firmanNya:

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ

Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada ilah selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)? (QS. Fathir: 3)

✅ Berkata Ibnu ‘Asyur rahimahullah:

وَيَكُونُ ذَلِكَ كِنَايَةً عَنِ الِاسْتِدْلَالِ عَلَى انْتِفَاءِ وَصْفِ الْخَالِقِيَّةِ عَنْ غَيْرِهِ تَعَالَى لِأَنَّهُ لَوْ كَانَ غَيْرُهُ خَالِقًا لَكَانَ رَازِقًا إِذِ الْخَلْقُ بِدُونِ رِزْقٍ قُصُورٌ فِي الْخَالِقِيَّةِ لَأَنَّ الْمَخْلُوقَ بِدُونِ رِزْقٍ لَا يَلْبَثُ أَنْ يَصِيرَ إِلَى الْهَلَاكِ وَالْعَدَمِ فَيَكُونُ خَلْقُهُ عَبَثًا يُنَزَّهُ عَنْهُ الْمَوْصُوفُ بِالْإِلَهِيَّةِ الْمُقْتَضِيَةِ لِلْحِكْمَةِ فَكَانَتِ الْآيَةُ مُذَكِّرَةً بِنِعْمَتَيِ الْإِيجَادِ وَالْإِمْدَادِ.

(Ungkapan) ini menjadi kinayah tentang dalil yang menunjukan bahwa selain Allah tak memiliki sifat pencipta, karena jika mereka pencipta pastilah mereka pemberi rizki, karena mencipta tanpa memberi rizki adalah kekurangan dalam sifat penciptaan. Bahwa makhluk tanpa rizki tak kan lama bertahan menuju kehancuran dan ketiadaan, sehingga penciptaan mereka menjadi percuma, dan Mahasuci Zat yang disifati dengan sifat ilahiyah yang pasti memiliki sifat hikmah ini dari hal tersebut. Maka ayat ini mengingatkan kita dengan dua nikmat sekaligus: nikmat penciptaan dan nikmat pengucuran segala keperluan. (At-Tahrir wa At-Tanwir: 22/255).

📌 Mengesakan Allah ta’ala dalam kepemilikan dan kekuasaan mutlak 
(إِفْرَادُ الله تَعَالَى فِي المُلْكِ)

✅ Karena Allah adalah Pencipta dan Pemberi Rizki semuanya, maka Dialah Pemilik hakiki dan Penguasa mereka secara mutlak:

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا

dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (QS. Al-Furqan: 2)

✅ Sementara yang dimiliki manusia hanyalah taskhir (penundukkan) alam yang diberikan Allah kepada manusia atau ‘atha (anugerah) dariNya. Oleh karena itu, penggunaan kepemilikan manusia harus sesuai syariat Allah.

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (QS. Al-Jatsiyah: 13).

✅ Begitu pula kekuasaan para penguasa semata-mata pemberian Allah, Dia berikan dan Dia cabut kekuasaan sesuai kehendakNya dengan segala hikmahNya. Kekuasaan tidak selalu menjadi tanda kemuliaan manusia atau keridhaan Allah, tetapi semuanya adalah ujian seperti kepemilikan.

📌 Mengesakan Allah ta’ala dalam penetapan hukum dan undang-undang, dalam perintah dan larangan.

✅ Karena Allah adalah Pencipta, Pemilik dan Penguasa makhlukNya, maka hanya Dialah yang berhak untuk memerintah dan melarang, menetapkan hukum dan peraturan. 
Sementara perintah dan larangan manusia, begitu pula hukum dan peraturan yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan perintah dan larangan Allah, tidak boleh menentang hukum dan syariat Allah ta’ala di samping kewajiban utama yaitu menjalankan syariatNya tersebut.

أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al-A’raf: 54).

إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Keputusan hukum itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.  (QS. Yusuf: 40).

أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS. Al-Maidah: 50).

📌 Mengesakan Allah ta’ala dalam Nama, Sifat, dan PerbuatanNya
(إِفْرَادُ اللهِ تَعَالَى بِأَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ وَأَفْعَالِهِ )

✅ Yaitu mengimani semua kesempurnaan nama, sifat, dan perbuatan Allah ta’ala yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits maqbul, dan bahwa semua itu berbeda dengan nama, sifat dan perbuatan makhlukNya, tanpa kekurangan sedikitpun.

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar, Maha Melihat. (QS. Asy-Syura: 11). 

📌 Mengesakan Allah ta’ala dalam Ibadah
(إِفْرَادُ اللهِ تَعَالَىَ فِي العِبَادَةِ)

✅ Rangkuman dan konsekuensi dari semua itu adalah mengesakan Allah dalam ibadah, yaitu hanya memberikan ketundukan hati, lisan dan perbuatan secara mutlak kepada Allah saja, baik dalam aspek ritual seperti doa, shalat, puasa, haji, nadzar, qurban, maupun dalam aspek sosial seperti muamalat, munakahat, siyasat (politik), dan lain sebagainya sesuai dengan syariat yang dibawa oleh Rasulullah SAW.

✅ Inilah yang menjadi intisari diutusnya seluruh rasul alaihimussalam:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS. An-Nahl: 36).

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak diibadahi) melainkan Aku, maka sembahlah Aku". (QS. Al-Anbiya: 25).

📚 Referensi utama: Al-Bayan fi Arkan Al-Iman, Majdi Makki.

Posting Komentar untuk "Hakikat Tauhid (A-005)"