Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berlaku Adil (AKH-005) Bagian 2

📚 Urgensi Berlaku Adil
(أهمّيّة العدل)

Diantaranya:

1. Berlaku Adil adalah Perintah Allah dan RasulNya
(العدل مما أمر به الله ورسوله صلى الله عليه وسلم)

📌 Perintah Allah, diantaranya:

وَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى 

.. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sebatas kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun thd kerabatmu..(QS. Al-An’am: 152).

✅ Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan dalam tafsirnya:

يَأْمُرُ تَعَالَى بِإِقَامَةِ الْعَدْلِ فِي الْأَخْذِ وَالْإِعْطَاءِ، كَمَا تَوَعَّدَ عَلَى تَرْكِهِ  .. مَنِ اجْتَهَدَ فِي أَدَاءِ الْحَقِّ وَأَخْذِهِ، فَإِنْ أَخْطَأَ بَعْدَ اسْتِفْرَاغِ وُسْعِهِ وَبَذْلِ جُهْدِهِ فَلَا حَرَجَ عَلَيْهِ .. يَأْمُرُ تَعَالَى بِالْعَدْلِ فِي الْفِعَالِ وَالْمَقَالِ، عَلَى الْقَرِيبِ وَالْبَعِيدِ، وَاللَّهُ تَعَالَى يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ لِكُلِّ أَحَدٍ، فِي كُلِّ وَقْتٍ، وَفِي كُلِّ حَالٍ.

Allah ta’ala memerintahkan penegakan keadilan dalam mengambil dan memberi, sebagaimana ia juga mengancam (dengan hukuman) atas tidak dilaksanakannya (keadilan) .. Siapa yang telah berupaya maksimal dalam menunaikan hak (orang lain) dan mengambil hak (dirinya) jika ia keliru setelah mengerahkan segala kemampuan dan usaha, maka tidak mengapa baginya.. Allah ta’ala memerintahkan berlaku adil dalam perbuatan dan perkataan, kepada orang yang dekat maupun jauh, Allah ta’ala memerintahkan berlaku adil kepada semua orang, di setiap waktu dan dalam segala keadaan. (Tafsir Ibnu Katsir, 3/364-365).

✅ Tentang perintah berlaku adil dalam berkata, Fakhruddin Al-Razi rahimahullah menjelaskan apa saja yang dimaksud oleh ayat tersebut, diantaranya:

وَيَدْخُلُ فِيهِ الْحِكَايَاتُ الَّتِي يَذْكُرُهَا الرَّجُلُ حَتَّى لَا يَزِيدَ فِيهَا وَلَا يَنْقُصَ عَنْهَا وَمِنْ جُمْلَتِهَا تَبْلِيغُ الرِّسَالَاتِ عَنِ النَّاسِ فَإِنَّهُ يَجِبُ أَنْ يُؤَدِّيَهَا مِنْ غَيْرِ زِيَادَةٍ وَلَا نُقْصَانٍ

Termasuk ke dalamnya adalah cerita yang dikisahkan seseorang (harus adil), sehingga ia tidak menambah (sendiri) dalam ceritanya dan tidak mengurangi. Juga diantara maknanya adalah penyampaian pesan dari orang lain, wajib disampaikan tanpa penambahan atau pengurangan. (Mafatih Al-Ghaib atau At-Tafsir Al-Kabir, Fakhruddin Al-Razi, 13/180). 

📌 Perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, diantaranya:

اِتَّقُوا اللهَ وَاعْدِلُوا فِي أَوْلَادِكُمْ (رواه مسلم)

Bertakwalah kepada Allah dan berlaku adillah dalam (urusan) anak-anak kalian. (HR. Muslim).

2. Berlaku Adil adalah Salah Satu Sebab Dikabulkannya Doa
(العدل من أسباب استجابة الدعاء)

ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

Tiga (golongan) yang tak ditolak doa mereka: pemimpin yang adil, orang yang puasa sampai ia berbuka, dan doa orang yang dizalimi. (HR. Ibnu Majah).

✅ Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dalam Tahqiqnya terhadap Sunan Ibnu Majah tentang hadits ini menyatakan: “Hadits hasan insya Allah .. Imam At-Tirmidzi juga meriwayatkan dalam Sunannya, dan menyatakan ini adalah hadits hasan, sebagaimana dikatakan juga oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Amali Al-Adzkar..”

3. Berlaku Adil bagi Pemimpin adalah Penjamin Kebebasannya dari Belenggu di Akhirat
(عدل الأمير فكّ له من الأغلال يوم القيامة)

مَا مِنْ أَمِيرِ عَشَرَةٍ إِلَّا أَتَى اللَّهَ مَغْلُولًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، لَا يُطْلِقُهُ إِلَّا الْعَدْلُ (رواه أحمد والدارمي - صحيح)

Tidak ada seorang pemimpin (yang memimpin) sepuluh orang pun, kecuali akan datang kepada Allah dalam keadaan terbelenggu di hari kiamat, tak ada yang membebaskannya kecuali keadilan (yang dilakukannya di dunia). (HR. Ahmad & Ad-Darimi – shahih).

4. Dengan Keadilan Masyarakat Memperoleh Rasa Aman
(بالعدل يأمن الناس)

✅ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan sahabat untuk menyelamatkan diri mereka dari kezaliman penguasa Makkah dengan hijrah ke Habasyah, karena Raja Habasyah saat itu adalah raja yang adil. Ummul mu’minin, Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, meriwayatkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

إِنَّ بِأَرْضِ الْحَبَشَةِ مَلِكًا لَا يُظْلَمُ أَحَدٌ عِنْدَهُ فَالْحَقُوا بِبِلَادِهِ حَتَّى يَجْعَلَ اللهُ لَكُمْ فَرَجًا وَمَخْرَجًا مِمَّا أَنْتُمْ فِيهِ

Sesungguhnya di bumi Habasyah ada seorang raja yang di dekatnya tak ada yang dizalimi, maka pergilah kalian ke negerinya sampai Allah memberikan kemudahan dan jalan keluar untuk kalian dari situasi (Makkah) ini. 

✅ Kemudian Ummu Salamah menyatakan:

فَخَرَجْنَا إِلَيْهَا أَرْسَالًا حَتَّى اجْتَمَعْنَا وَنَزَلْنَا بِخَيْرِ دَارٍ إِلَى خَيْرِ جَارٍ أَمِنَّا عَلَى دِينِنَا، وَلَمْ نَخْشَ مِنْهُ ظُلْمًا

Maka keluarlah kami (dari Makkah) berjamaah menuju ke sana hingga kami berkumpul dan bertempat di negeri terbaik dengan tetangga (pelindung) terbaik. Kami merasa aman dalam menjalankan agama kami, dan tidak takut kezaliman darinya (Raja Habasyah). (HR. Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra).

✅ Riwayat ini disebutkan juga oleh Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah 3/85, dan Ibnu Hajar dalam Fath Al-Bari 7/188.

📚 Pihak yang Wajib Diperlakukan Adil
(جِهَاتُ العَدْلِ)

📌 Adil kepada Allah Ta’ala
(العَدْلُ مَعَ اللهِ)

✅ Adil kepada Allah adalah dengan memenuhi hak Allah ta’ala yaitu mengagungkanNya dengan sebenar-benarnya dan beribadah hanya kepadaNya tanpa menyekutukanNya.

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ 

Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia". (QS. Al-An’am: 91).

✅ Tidak mengagungkan Allah adalah meyakini atau mengungkapkan sesuatu yang tidak benar tentang Allah ta’ala baik melalui perkataan atau perbuatan, seperti menyatakan bahwa Allah tidak menurunkan wahyuNya kepada manusia.

✅ Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan:

يَقُولُ تَعَالَى: وَمَا عَظَّمُوا اللَّهَ حَقَّ تَعْظِيمِهِ، إِذْ كَذَّبُوا رُسُلَهُ إِلَيْهِمْ 

Allah mengatakan (dalam ayat ini) bahwa mereka tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benar pengagungan (yaitu) ketika mereka mendustakan para rasul yang diutus kepada mereka. (Tafsir Ibnu Katsir, 3/300).

✅ Berarti berlaku adil kepada Allah dalam hal pengagungan adalah meyakini dan mengungkapkan tentang Allah sesuai dengan yang diberitakanNya melalui RasulNya baik di dalam Al-Qur’an maupun Hadits Rasulullah SAW melalui khabar yang maqbul. Konsekuensinya bagi kita adalah wajib terus menerus mempelajari Al-Qur’an dan Hadits melalui bimbingan para ulama.

✅ Menyekutukan Allah dengan apapun atau siapapun adalah perbuatan zalim, dan zalim adalah lawan dari adil, maka adil kepada Allah adalah dengan beribadah hanya kepadaNya (tauhid).

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman: 13).

✅ Adil adalah memberikan hak kepada pemiliknya secara utuh, termasuk hak Allah ta’ala. 
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

«حَقُّ اللَّهِ عَلَى العِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا» (متفق عليه)

Hak Allah atas para hamba adalah mereka beribadah kepadaNya dan tidak menyekutukanNya dengan apapun/siapapun. (Muttafaq ‘alaih).

📌 Adil kepada Diri Sendiri
(العَدْلُ مَعَ النَّفْسِ)

✅ Adil kepada diri sendiri adalah dengan bertakwa kepada Allah yakni melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya agar diri selamat dari murkaNya.

فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

maka janganlah kamu menzalimi diri kamu (terutama) dalam bulan yang haram itu. (QS. At-Taubah: 36).

✅ Al-Imam Ath-Thabari menjelaskan makna menzalimi diri sendiri alias tidak adil kepadanya:

فَإِنَّ مَعْنَاهُ: فَلَا تَعْصُوا اللهَ فِيهَا، وَلَا تُحِلُّوا فِيْهِنَّ مَا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْكُمْ، فَتَكْسِبُوا أَنْفُسَكُمْ مَا لَا قِبَلَ لَهَا بِهِ مِنْ سُخْطِ اللهِ وَعِقَابِهِ.

Sesungguhnya maknanya adalah: “Janganlah kalian bermaksiat (membangkang) kepada Allah di dalamnya, dan janganlah kalian menghalalkan apa yang Dia haramkan, sehingga menyebabkan diri kalian menghadapi murka dan hukuman dariNya yang tak kan sanggup dihadapi.” (Tafsir Ath-Thabari, 14/237).

✅ Beliau juga meriwayatkan penyataan Ibnu Zaid rahimahullah:

الظُّلْمُ العَمَلُ بِمَعَاصِي اللهِ، وَالتَّرْكُ لِطَاعَتِهِ.

Zalim (kepada diri sendiri) adalah melakukan maksiat kepada Allah dan meninggalkan ketaatan kepadaNya. (Tafsir Ath-Thabari, 14/238).

✅ Jika demikian makna zalim kepada diri sendiri, maka adil kepada diri sendiri adalah kebalikannya.

📌 Adil Kepada Hamba-Hamba Allah
(العَدْلُ مَعَ عِبَادِ اللهِ)

Adil kepada hamba-hamba Allah akan dibahas dalam beberapa poin insya Allah:

1. Adil kepada anak-anak
2. Adil kepada para istri (bagi suami yang berpoligami)
3. Adil kepada rakyat/anak buah
4. Adil kepada pihak yang berbeda pendapat
5. Adil kepada musuh
6. Adil kepada lingkungan alam

Tunggu penjelasan 6 poin di atas pada Bagian Ke 3

Posting Komentar untuk "Berlaku Adil (AKH-005) Bagian 2 "